Selasa, 19 Maret 2013

kitab & ahlul bait

Rasulullah SAW bersabda” Kurasa seakan-akan aku segera akan dipanggil (Allah), dan segera pula memenuhi panggilan itu, Maka sesungguhnya aku meninggalkan padamu ats Tsaqalain. yang satu lebih besar (lebih agung) dari yang kedua : Yaitu kitab Allah dan Ittrahku. Jagalah Baik-baik kedua peninggalanku itu, sebab keduanya takkan berpisah sehingga berkumpul kembali denganku di al Haudh. Kemudian beliau berkata lagi: “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla adalah maulaku, dan aku adalah maula setiap Mu’min. Lalu beliau mengangkat tangan Ali Bin Abi Thalib sambil bersabda : Barangsiapa yang menganggap aku sebagai maulanya, maka dia ini (Ali bin Abu Thalib) adalah juga maula baginya. Ya Allah, cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya..

Hadis riwayat Al Hakim dalam kitab Mustadrak As Shahihain, Juz III hal 109 . Menurut Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak Hadis ini Shahih berdasarkan persyaratan Bukhari dan Muslim , pernyataan ini dibenarkan Adz Dzahabi dalam Talkhis Al Mustadrak.

Senin, 18 Maret 2013

ALI AKBAR BIN HUSEIN BIN ALI BIN ABI THALIB AS.

ALI AKBAR BIN HUSEIN BIN ALI BIN ABI THALIB AS.

UNTUK SEORANG PEMUDA BERIMAN PEMBERANI PEMBAWA CAHAYA DAN PEJUANG ISLAM ALI AKBARBIN HUSEIN BIN ALI AS.
PARA MALAIKAT MASUK MENGUNJUNGI MEREKA DARI SEMUA PINTU SERAYA MENGUCAPKAN:
''SALAMUN ALAIKUM BIMA SHABARTUM SALAM ATAS KESABARAN KALIAN. ALANGKAH BAGUSNYA TEMPAT KESUDAHAN ITU''
( QS 13:23-24 ).

ALI AKBAR AS ADALAH PUTRA IMAM HUSEIN BIN ALI AS.
NAMA IBUNYA ADALAH LAILA BINTI ABU MURAH BIN URWAH.
DIA MEMPUNYAI BADAN YANG LEBIH BESAR DI BANDINGKAN KAKAKNYA ALI ZAINAL ABIDIN BIN HUSEIN AS.
OLEH KARENA ITU DIA DI GELARI ALI AKBAR ( ALI YANG BERBADAN BESAR ).

ALI AKBAR AS DI BESARKAN OLEH SEORANG AYAH YANG MENJADI CUCU KESAYANGAAN RASULULLAH SAWW DAN SEORANG IBU YANG BERAKHLAK MULIA.
DIA MENEGUK KEIMANAN DAN MENYERAP ILMU DAN MA'RIFAT DARI AYAHANDANYA.
MAKA TUMBUHLAH ALI AKBAR AS MENJADI SEORANG PEMUDA SHALEH PEMBERANI CINTA PERJUANGAN DAN BERANI BERKORBAN.
TIDAK SEDIKIT PUN KELEMAHAN TERPANCAR DARI JIWANYA.
DIA SEORANG PEMUDA YANG TANGKAS MENGENDARAI KUDA.
PARA AHLI SEJARAH MENGANGGAPNYA SEBAGAI PEMUDA BANI HASYIM YANG MAHIR MENGENDARAI KUDA.
SEJAK KECIL SUDAH TAMPAK KEISTIMEWAAN YANG DI MILIKI ALI AKBAR AS YAITU SANGAT CERMAT DAN BERPANDANGAN LUAS.
SIFAT-SIFAT INILAH YANG SANGAT DI KENAL MUSUH-MUSUHNYA.
APA BILA PARA PEJUANG KARBALA KITA BERBARIS MAKA AKAN KITA DAPATI ALI AKBAR AS BERADA DI SHAFF ( BARIS ) TERDEPAN.
BEGITU PULA DALAM KECERDIKAN KEBERANIAN DAN PERJUANGANNYA DIA SELALU TAMPIL TERDEPAN.
KESETIAAN DAN PERJUANGANNYA ALI AKBAR AS DI DAMPINGI AYAHANDA DAN SAUDARANYA BESERTA PASUKAN YANG MENYERTAINYA BERGERAK MENUJU MEDAN PERTEMPURAN.
MEREKA MENYADARI BAHWA BERBAGAI RINTANGAN SUDAH SIAP MENGHADANG.
NAMUN TANPA GENTAR SEDIKIT PUN MEREKA TERUS BERGERAK SAMBIL MENGIBARKAN PANJI-PANJI PERLAWANAN KAUM TERTINDAS.

ALI AKBAR AS BERJUANG BAHU-MEMBAHU BERSAMA MEREKA UNTUK MENEGAKKAN KEBENARAN.
JUMLAH MUSUH YANG BEGITU BANYAK TIDAK MEMBUATNYA
GENTAR.
ITULAH SIFAT DAN AKHLAKNYA YANG MEMANG SESUAI DENGAN KEDUDUKANNYA.
BAGAIMANA TIDAK ALI AKBAR AS ADALAH PUTRA IMAM HUSEIN AS PEMUKA PARA SYUHADA PUTRA SUCI NUBUWAH DAN CUCU KESAYANGAN RASULULLAH SAWW.
DI TENGAH PERJALANAN IMAM HUSEIN AS MENDAPAT
BERITA TENTANG SYAHIDNYA MUSLIM BIN AQIL DAN HANIBIN URWAH.
BELIAU MEMAHAMI BAHWA PENDUDUK KUFAH TELAH MENGINGKARI JANJI SETIANYA.
DIA LALU MENYAMPAIKAN BERITA INI KEPADA PARA PENGIKUTNYA.
SETELAH TAHU APA YANG TELAH TERJADI SEBAGIAN PENGIKUTNYA YANG MEMPUNYAI IMAN DAN JIWA YANG LEMAH SERTA MERTA BERLARIAN MENINGGALKAN IMAM HUSEIN AS.
HANYA SEBAGIAN KECIL SAHABATNYA YANG MASIH SETIA MENYERTAI.
KEJADIAN INI DI SAKSIKAN SENDIRI OLEH ALI AKBAR AS.

SUNGGUH KECEWA HATINYA MELIHAT ORANG-ORANG YANG MENYIA-NYIAKAN KESEMPATAN EMAS UNTUK MERAIH SYAHADAH INI.
NAMUN HAL ITU TIDAK MELEMAHKAN JIWANYA SEDIKIT PUN.
KETEGARANNYABERTAMBAH KETIKA MELIHAT KEIMANAN DAN KESABARAN YANG DI MILIKI OLEH SAUDARA-SAUDARANYA YANG DENGAN TULUS MENYERTAI PERJUANGAN AYAHNYA.
PENDAMPING AYAHNYA KAFILAH IMAM HUSEIN AS MENERUSKAN
PERJALANANNYA HINGGA SAMPAI DI SUATU TEMPAT BERNAMA DZU HASMIN.

DI SANA TENTARA IBNU ZIYAD YANG DI PIMPIN OLEH AL-HURR BIN YAZID AR-RIYAHI SIAP MENYONGSONG KEDATANGAN MEREKA.
MENGHADAPI SITUASI SEPERTI INI DENGAN GAGAHNYA ALI AKBAR AS BERDIRI DI ANTARA AYAHNYA DAN PASUKAN AL-HURR.
DIA MELAYANGKAN PANDANGANNYA KE ARAH PASUKAN MUSUH YANG MENGHADANGNYA.
DENGAN RUH KAKEKNYA IMAM ALI AS DIA SIAP MENGHADAPI MUSUH DAN MENYONGSONG SYAHADAH.
DI BAWAH KOMANDO AYAHNYA ALI AKBAR AS MENGGERAKKAN PARA PEJUANGKARBALA.

ALLAH SWT BERFIRMAN:
''SESUNGGUHNYA MEREKA ADALAH PARA PEMUDA YANG BERIMAN KEPADA TUHANNYA MAKA KAMI MENAMBAH PETUNJUK KEPADA
MEREKA''
( QS AL-KAHFI 13 ).

AWAL PERTEMPURAN CAHAYA FAJAR HARI ASYURA MENYINARI PARA PEJUANG ISLAM YANG SUDAH SIAP TEMPUR MELAWAN PASUKANUMAWIYAH.
MOTIF PERJUANGAN MEREKA HANYA 1 YAITU BERJUANG DI JALAN ALLAH.
MEREKA SIAP MENGHADAPI PASUKAN MUSUH YANG DI PIMPI UMAR BIN SA'D.
DARAH-DARAH MEREKA SIAP DI CURAHKAN UNTUK MEMBELA KEBENARAN.
PERTEMPURAN HEBAT SUDAH DI MULAI.
PARA SAHABAT IMAM HUSEIN AS MULAI BERGUGURAN.
DALAM KEADAAN SEPERTI INI DENGAN SABAR IMAM HUSEIN AS
MENYERU MUSUH-MUSUHNYA AGAR KEMBALI KEPADA KEBENARAN DAN KEADILAN.
DADANYA TERBAKAR OLEH API KECEWA ATAS ULAH MEREKA.
SESUNGGUHNYA IMAM HUSEIN AS TIDAK MEMBERONTAK ATAS KEPEMIMPINAN YAZID.
NAMUN MELIHAT KEBRUTALAN YANG DI LAKUKAN YAZID IMAM HUSEIN AS INGIN MELINDUNGI DAN MEMBELA ORANG-ORANG
TERTINDAS.
IMAM HUSEIN AS INGIN MENOLONG AGAMA ALLAH YANG DI INJAK-INJAK YAZID.
DIA TIDAK TAKUT DAN TIDAK AKAN TUNDUK KECUALI KEPADA ALLAH SWT.
DALAM KECAMUK PERTEMPURAN IMAM HUSEIN AS TIDAK HENTI-HENTINYA MEMBERI PERINGATAN DAN AJAKAN KEPADA MUSUH-MUSUHNYA AGAR KEMBALI KEPADA KEBENARAAN.
NAMUN KARENA KEHIDUPAN MEREKA SUDAH DI LIPUTI CINTA DUNIA DAN KEJUMUDAN SEHINGGA SEDIKIT PUN MEREKA TIDAK TERDORONG UNTUK TAAT KEPADA ALLAH DAN BERAMAL UNTUK MERAIH RIDHA-NYA.

KETEGUHANNYA DI MEDAN PERTEMPURAN KETIKA PASUKAN IBNU ZIYAD MENGEPUNG DAN MENYERANG PARA PENGIKUT IMAM HUSEIN AS ALI AKBAR AS YANG PERTAMA KALI MENYAMBUT SERANGAN MEREKA.

JUMLAH MUSUH YANG BEGITU BANYAK DENGAN PERSENJATAANNYA YANG LENGKAP TIDAK SEDIKIT PUN MENGGETARKAN NYALI ALI AKBAR AS.

SETELAH PERTEMPURAN YANG SANGAT HEBAT ITU BERLALU BEBERAPA SAAT BESAR PARA PEMBELA IMAM HUSEIN AS BERGUGURAN.
JASAD-JASAD MEREKA SEAKAN-AKAN DI PELUK MESRA OLEH TANAH KARBALA YANG SUDAH BASAH TERSIRAM DARAH-DARAH SUCI MEREKA.

PADA SAAT ITU DI SEKELILING IMAM HUSEIN AS YANG TERSISA HANYA TINGGAL ANGGOTA KELUARGANYA SAJA.

PADA MALAM ASYURA PARA PEMUDA BANI HASYIM BERTEKAD MEMPERTARUHKAN JIWA MEREKA SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN.

MEREKA TIDAK RELA MELIHAT PUTRA IMAM HUSEIN AS DI BANTAI DI HADAPAN MATA KEPALA MEREKA SENDIRI.
KEESOKAN HARINYA PADA TANGGAL 10 MUHARRAM MEREKA TERJUN KE MEDAN PERTEMPURAN HINGGA 1 PER 1 BERGUGURAN.

SEMANGAT DAN KEBERANIAN DALAM KALBU MEREKA UNTUK TETAP MENEGAKKAN KEBENARAN DAN KERINDUAN MERAIH SYAHADAH TELAH MENGGERAKKAN MEREKA UNTUK MAJU TERUS PANTANG MUNDUR.

ALI AKBAR AS DENGAN PENUH HORMAT MEMINTA IZIN KEPADA AYAHNYA UNTUK IKUT TERJUN KE MEDAN PERTEMPURAN.
DENGAN PENUH HARU DAN DERAI AIR MATA IMAM HUSEIN AS MENGIZINKAN PUTRANYA IKUT BERTEMPUR.

IMAM HUSEIN AS MEMPERHATIKAN PUTRANYA LALU MENENGADAH KE LANGIT SERAYA BERUJAR LIRIH:
''YA ALLAH SAKSIKANLAH ORANG-ORANG INI.
DI ANTARA MEREKA ADA SEORANG PEMUDA YANG PERAWAKANNYA PERILAKU DAN CARA BICARANYA PALING MENYERUPAI RASULULLAH SAWW.
APA BILA KAMI MERASA SANGAT RINDU KEPADA NABI- MU MAKA KAMI PANDANGI WAJAHNYA.
YA ALLAH JANGAN ENGKAU BERIKAN KEBERKAHAN ATAS BUMI INI KEPADA MUSUH-MUSUHNYA.
CERAI BERAIKAN MEREKA.
KOYAKKAN DADA-DADA MEREKA.
JANGAN ENGKAU RIDHAI KEKUASAAN MEREKA SELAMA-LAMANYA.
KAMI TELAH MENYERU DAN MENGAJAK MEREKA KEPADA KEBENARAN NAMUN MEREKA MALAH MEMUSUHI DAN MEMERANGI KAMI''

DI HADAPAN MUSUH-MUSUHNYA ALI AKBAR AS MENGUMANDANGKAN SEBAIT SYAIR:
''AKU ALI BIN HUSEIN BIN ALI KAMI AHLUL BAIT YANG DI MULIAKAN NABI SAWW.
AKAN KUTIKAM KALIAN DENGAN LEMBINGKU INI HINGGA KALIAN TERKAPAR MATI.
AKAN KUTEBAS KALIAN DENGAN PEDANGKU INI UNTUK MELINDUNGI AYAHKU ( HUSEIN BIN ALI AS ) DENGAN 1 TEBASAN PEMUDA HASYIM.
DEMI ALLAH DI ATUR OLEH YAZID DAN ZIYAD AKU TAK SUDI''

PERTEMPURAN YANG BEGITU HEBAT TELAH MEMBUAT
JUMLAH PEJUANG YANG GUGUR MAKIN BERTAMBAH.

ALI AKBAR AS YANG BADANNYA SUDAH PENUH LUKA KEMBALI MENGHADAP AYAHNYA SAMBIL BERKATA:
''AYAH RASA HAUS TELAH MEMBUATKU LELAH.
BERAT PEDANG INI TELAH MENGURAS TENAGAKU.
ADAKAH AIR YANG BISA KUTEGUK?''

IMAM HUSEIN AS MENANGIS MELIHAT PENDERITAAN PUTRANYA LALU DIA BERKATA:
''WAHAI ANAKKU KEMBALILAH KE MEDAN PERTEMPURAN.
AKU BERHARAP SEBELUM MASUK SORE HARI KAKEKMU ( RASULULLAH SAWW ) AKAN MEMBERIMU MINUM DARI GELAS YANG BENING YANG TIDAK AKAN MEMBUATMU HAUS UNTUK SELAMA-LAMANYA''

KALIMAT-KALIMAT LEMBUT YANG MELUNCUR DARI AYAHNYA MEMBUAT HATI ALI AKBAR AS BAGAIKAN DI SIRAMI TETESAN AIR YANG MENYEJUKKAN.
DIA PUN KEMBALI KE MEDAN PERTEMPURAN DENGAN GAGAHNYA.

ORANG-ORANG KUFAH YANG HENDAK MEMBUNUHNYA MERASA TAKUT BERHADAPAN DENGAN ALI AKBAR AS KARENA ALI AKBAR AS SANGAT MENYERUPAI RASULULLAH SAWW.

IBNU SA'D MEMERINTAHKAN ANAK BUAHNYA MENGEPUNG ALI AKBAR AS SETELAH DIA SENDIRI MERASA TIDAK MAMPU MENAKLUKANNYA.

MUNQIDZ BIN MURRAH DARI KABILAH ABDUL QAIS SECARA TIBA-TIBA MEMBOKONG ALI AKBAR AS DENGAN MENEBAS PUNGGUNGNYA.

ALI AKBAR AS TAMPAK TERKULAI DI ATAS LEHER KUDANYA.
MELIHAT HAL ITU MUSUH-MUSUHNYA YANG TADI MENGEPUNGNYA SERTA MERTA MENGIBAS-IBASKAN PEDANG-PEDANG MEREKA KE ARAH ALI AKBAR AS.
KETIKA AKAN MENINGGALKAN JASADNYA ALI AKBAR AS BERTERIAK KEGIRANGAN:
''WAHAI AYAH KAKEK ( RASULULLAH SAWW ) MEMBERIKU MINUM DARI GELASNYA YANG BENING.
KAKEK MEMBERIKU MINUMAN YANG TIDAK AKAN MEMBUATKU HAUS SELAMANYA.
KAKEK BERKATA KEPADAKU:
''SEGERALAH- SEGERALAH''

SAAT-SAAT TERAKHIR DENGAN GARANGNYA IMAM HUSEIN AS MENCERAI-BERAIKAN PASUKAN MUSUH YANG SEDANG MENGOYAK-NGOYAK JASAD PUTRANYA.
DI ANGKATLAH KEPALA PUTRANYA ITU KEMUDIAN DI LETAKKAN DI PANGKUANNYA.

DARAH DAN TANAH YANG MELUMURI WAJAHNYA BELIAU AS
BERSIHKAN DENGAN LEMBUT.
SAMBIL MENANGIS IMAM HUSEIN AS BERTERIAK:
''SEMOGA ALLAH MEMBINASAKAN ORANG-ORANG YANG TELAH MEMBUNUHMU.
BETAPA DURHAKANYA MEREKA KEPADA ALLAH DAN RASUL-NYA''

LALU BELIAU AS BERKATA LAGI:
''TIDAK ADA ARTINYA DUNIA INI SETELAH KEPERGIANMU NAK''

IMAM HUSEIN AS MEMERINTAHKAN PARA PEMUDA BANI HASYIM UNTUK MEMBAWA JASAD PUTRANYA KE DALAM KEMAH.
MELIHAT KEPONAKANNYA TERBUNUH ZAINAB AL-KUBRA AS KELUAR DARI KEMAHNYA SAMBIL BERTERIAK-TERIAK MENGUTUK PARA PEMBUNUHNYA.
LALU MERATAPI KEPERGIAN ALI AKBAR AS SAMBIL BERKATA SENDU:
''DUHAI KEKASIHKU.
DUHAI MATA HATIKU.
DUHAI CAHAYA MATAKU.
DUHAI ANAK SAUDARAKU''

KEMUDIAN DIA MENJATUHKAN BADANNYA DI ATAS
JASAD SUCI ALI AKBAR AS SEHINGGA AIR MATANYA MEMBASAHI WAJAH KEPONAKANNYA.
IMAM HUSEIN AS KEMUDIAN MENGHENTIKAN TANGISANNYA DAN MENGEMBALIKAN ZAINAB AL-KUBRA AS KE KEMAHNYA.

PELAJARAN YANG DI SAMPAIKAN ALI AKBAR AS PARA SYUHADA KARBALA YANG GUGUR DALAM PERJUANGAN TERNYATA TELAH MEMBERIKAN PELAJARAN YANG TERAMAT PENTING BAGI MANUSIA TENTANG HAKIKAT KEHIDUPAN INI.
BAGAIMANA MENGUTAMAKAN ORANG LAIN DAN MEMBELA KEBENARAN.
SALAH 1 DARI MEREKA ADALAH ALI AKBAR AS.
DIA MEMBAWA CAHAYA HIDAYAH UNTUK MENERANGI JIWA-JIWA MANUSIA DENGAN SYAHADAH DAN DARAHNYA BAGI KEBANGKITAN ISLAM DI KARBALA.
DIA PUN TELAH MERAIH RIDHA ILAHI DENGAN MEMENUHI SERUAN AL-QUR'AN AGAR MENJUAL DIRINYA KEPADA ALLAH DAN MENEMPUH JALAN PARA SYUHADA PENDAHULUNYA.

DIA MEMILIH SYAHID DI JALAN ALLAH DALAM MEMERANGI MANUSIA¬MANUSIA DURHAKA.
ALI AKBAR AS MEMBERI PELAJARAN KEPADA KITA DENGAN PERISTIWA KARBALA INI TENTANG KEBENARAN KEADILAN DAN KESUCIAN.
KITA PUN MENDAPAT PELAJARAN DARI PARA PEJUANG KARBALA TENTANG KEPERWIRAAN DAN KEJAHATAN.
MAKA SUDAH SEPANTASNYA KITA MEMELIHARA APA-APA YANG SUDAH MEREKA PERSEMBAHKAN MELALUI CURAHAN DARAHNYA.

SEMOGA KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN DI CURAHKAN KEPADA MEREKA.
REVOLUSI TERBESAR DALAM SEJARAH UMMAT MANUSIA SUDAH SEPANTASNYA BAGI KAUM MUSLIM DAN MUKMIN MENYADARI BAHWA DARAH IMAM HUSEIN AS PUTRA-PUTRANYA DAN DARAH PARA PEMBELANYA YANG TERCURAH DI BUMI KARBALA PADA HARI ASYURA AKAN TERUS BERGEJOLAK MENERANGI JIWA-JIWA MANUSIA SEPANJANG ZAMAN.
KETIKA ALAM TELAH DI SELIMUTI MALAM YANG PEKAT DAN KETIKA AWAN TEBAL MENGHALANGI JALANNYA CAHAYA MAKA PADA SAAT SEPERTI INILAH KITA HARUS MENEMPUH JALAN YANG TELAH DI RINTIS IMAM HUSEIN AS BERSAMA PARA PUTRA DAN PEMBELANYA.

SESUNGGUHNYA API REVOLUSI DAN DARAH SUCI PARA SYUHADA AKAN MENYINARI KEGELAPAN MENYINGKAPI BERBAGAI PENGHALANG SEHINGGA KEBENARAN DAN KEADILAN TAMPAK.

SUNGGUH REVOLUSI KARBALA AKAN BERDIRI TEGAK MENGHALAU PARA PENINDAS DAN PARA PENGUASA.

SESUNGGUHNYA GERAKAN PARA PEJUANG KARBALA DAN KESYAHIDAN MEREKA TELAH MENGANGKAT DI DUNIA ISLAM MENCAPAI KEMULIAAN SEHINGGA TERKETUKLAH TELINGA-TELINGA KEMANUSIAAN.

SERUAN MEREKA DI KARBALA ADALAH SERUAN BERJUTA-JUTA ORANG YANG TERTINDAS DAN YANG DI RAMPAS HAKNYA.
SERUAN AGAR PERBUATAN ANIAYA YANG MENGHISAP DARAH MANUSIA SEGERA DI HENTIKAN.
SERUAN YANG MENYONGSONG KEMENANGAN UNTUK MEMBELA ISLAM.
MEREKA TELAH MEMILIH JALAN INI UNTUK MELAWAN PARA PENINDAS DEMI TEGAKNYA KEBENARAN DAN KEIMANAN.

CAHAYA REVOLUSI KARBALA AKA TETAP BERSINAR SELAMA-LAMANYA.
APINYA AKAN TETAP MENYALA DI HATI ORANG-ORANG YANG JIWANYA MERDEKA BAIK LAKI-LAKI ATAU PUN WANITA.

SESUNGGUHNYA NYALA API KARBALA ADALAH NYALA API BERUPA CAHAYA YANG AKAN MEMBAKAR SYETAN-SYETAN BERSAMA PARA PENGIKUTNYA.

ITULAH CAHAYA HARAPAN DAN KEBAHAGIAAN UNTUK MELEPASKAN DAN MEMERDEKAKAN MANUSIA DARI BELENGGU
PERBUDAKAN.

IMAM MUSA SHADR SILSILAH RAWWAAD AL-FIDAA ADISI TERJEMAHAN : SYUHADA PADANG KARBALA DI TERBITKAN MIZAN SAHABAT REMAJA MUSLIM CET I 1996.
 — 

Minggu, 17 Maret 2013

Ini dia Alasan Mengapa Ali membaiat Para Khalifah?

Ini dia Alasan Mengapa Ali membaiat Para Khalifah?

Tatkala Imam Ali As mengetahui bahwa Allah Swt telah mengangkatnya sebagai khalifah lalu mengapa ia memberikan baiat kepada Abu Bakar, Umar dan Usman? Apabila Anda katakan bahwa ia tidak memiliki kekuasaan dan kemampuan, sementara kita tahu bahwa barangsiapa yang tidak memiliki kekuasaan dan kemampuan maka sesungguhnya ia tidak memiliki kelayakan untuk menjadi imam, karena seseorang dapat menjadi imam tatkala ia memiliki kemampuan. Apabila Anda katakan bahwa Imam Ali memiliki kemampuan namun beliau tidak memanfaatkannya maka hal ini merupakan sebuah pengkhianatan dan seorang pengkhianat tidak dapat menjadi seorang imam! Ia tidak dapat menjadi pemimpin yang dipercaya oleh masyarakat. Sementara Imam Ali As tidak mungkin berbuat khianat. Ia suci dari segala macam pengkhianatan. Lalu apa jawaban Anda atas keberatan ini? Apa Anda memiliki jawaban benar atas kritikan dan isykalan ini?

Pertama: Imam Ali As, sejumlah sahabatnya dan sebagian sahabat Rasulullah Saw pada mulanya tidak memberikan baiat kepada Abu Bakar dan tatkala memberikan baiat hal itu dilakukan semata-mata untuk menjaga Islam dan kemaslahatan pemerintahan Islam.

Kedua, seluruh problema yang ada tidak dapat diselesaikan dengan pedang dan keberanian. Tidak setiap saat otot dan kekuatan fisik harus digunakan. Manusia bijak dan cendekia memecahkan setiap persoalan dengan perantara media-media tertentu.

Ketiga, apabila Imam Ali As memberikan baiat kepada beberapa orang tertentu lantaran kemaslahatan yang bernilai seperti menjaga agama Tuhan dan segala jerih payah Rasulullah Saw maka hal itu tidak bermakna bahwa beliau lebih menguatirkan kekuasaan mereka ketimbang jiwanya atau mereka lebih memiliki kemampuan dan kekuasaan dalam masalah kepemimpinan dan leadership umat Islam.

Keempat, yang dapat disimpulkan dari sejarah dan tuturan Imam Ali bahwa beliau berulang kali menyampaikan protes terhadap situasi dan kondisi di masa tiga khalifah namun upaya maksimal beliau dikerahkan untuk menjaga dan menguatkan pemerintahan Islam di hadapan musuh-musuhnya.

Dengan menyimak sejarah masa awal-awal kemunculan Islam maka menjadi jelas bahwa Pertama, Rasulullah Saw belum lagi dikebumikan orang-orang berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah dan sebagian orang memberikan baiat kepada orang selain Ali As sementara Ali As sedang sibuk mengurus pemakaman Rasulullah Saw, mengafani dan mengebumikan Rasulullah Saw.[1] Sebagaian kecil sahabat beserta pemuka kabilah seperti Abbas bin Abdul Muththalib, Fadhl bin Abbas, Zubair bin Awwam, Khalid bin Sa’id, Miqdad bin Amr, Salman Parsi, Abu Dzar Ghiffari, Ammar bin Yasir, Bara’a bin ‘Azib, Ubay bin Ka’ab tidak memberikan baiat kepada segelintir orang yang berkumpul di Saqifah dan berpihak pada Imam Ali As.[2] Sesuai dengan nukilan lugas dari Ahmad bin Hanbal dalam Musnad 1/55 dan Thabari 2/466 sebagian orang ini berkumpul di rumah Fatimah Zahra As dan menolak memberikan baiat kepada Abu Bakar.[3]

Disebutkan dalam kitab sejarah bahwa Baginda Ali As dalam menjawab mereka yang berkumpul di rumahnya dan permintaan mereka untuk memberikan baiat kepadanya, “Besok pagi datanglah (kemari) dan cukurlah rambut kalian!” Akan tetapi keesokan harinya hanya tiga orang yang datang.[4]

Demikian juga dalam sejarah diriwayatkan bahwa Ali As tidak memberikan baiat selama Fatimah Zahra masih hidup namun tatkala melihat orang-orang mengabaikannya maka beliau terpaksa berdamai dengan Abu Bakar.[5]

Karena itu, Imam Ali As dan sebagian sahabatnya demikian juga sebagian sahabat Rasulullah Saw mula-mula dan hingga masa tertentu pasca wafatnya Rasulullah Saw tidak memberikan baiat kepada Abu Bakar dan tatkala mereka memberikan baiat hal itu dilakukan untuk kemaslahatan dan keselamatan pemerintahan Islam.

Beladzuri dalam menjelaskan sebab mengapa Imam Ali memberikan baiat berkata, “Pasca wafatnya Rasulullah Saw dimana sebagian suku Arab telah murtad, Usman datang ke hadapan Ali dan berkata, “Wahai Putra Paman! Selama Anda tidak memberikan baiat tiada seorang pun yang akan pergi berperang melawan musuh.” Usman senantiasa membicarakan hal ini dengan Ali hingga pada akhirnya Baginda Ali As memberikan baiat kepada Abu Bakar.”[6] Akan tetapi Baginda Ali As sendiri senantiasa menyampaikan keluhan dan protes (terhadap proses perampasan khilafah ini) pada masa Abu Bakar dan setelahnya.

Terkait dengan hal ini, Imam Ali As bersabda, “Ketahuilah! Demi Allah putra Abu Quhafah (Abu Bakar) membusanai dirinya dengan (kekhalifahan) itu, padahal ia tahu pasti bahwa kedudukanku sehubungan dengan itu adalah sama dengan kedudukan poros pada penggiling. Air bah mengalir (menjauh) dariku dan burung tak dapat terbang sampai kepadaku. Aku memasang tabir terhadap kekhalifahan dan melepaskan diri darinya. Kemudian aku mulai berpikir, apakah aku harus menyerang ataukah menanggung dengan tenang kegelapan membutakan dan azab, dimana orang dewasa menjadi lemah dan orang muda menjadi tua, dan orang mukmin yang sesungguhnya hidup di bawah tekanan sampai ia menemui Allah (saat matinya). Aku dapati bahwa kesabaran atasnya lebih bijaksana. Maka aku mengambil kesabaran, walaupun ia menusuk di mata dan mencekik di kerongkongan.”[7]

Adapun terkait mengapa Imam Ali As dengan keberanian yang dimilikinya namun tidak angkat senjata? Maka jawabannya adalah bahwa seluruh problema yang terjadi tidak dapat diselesaikan dengan pedang dan perang. Tidak setiap saat otot dan kekerasan fisik harus digunakan. Manusia bijak dan cendekia memecahkan setiap persoalan dengan media-media tertentu. Memiliki kekuasaan dan kemampuan serta keberaninan di medan perang sekali-kali tidak dapat menjadi dalih untuk melakukan pelbagai perbuatan yang tidak mendatangkan kemasalahatan.

Sebagaimana Nabi Harun As tatkala melihat kaum Musa berpaling menjadi penyembah sapi meski beliau adalah seorang elokuen (fasih) dan merupakan washi (penyampai wasiat) Nabi Musa As akan tetapi beliau tidak melakukan apa pun kecuali menyampaikan kebenaran dan peringatan kepada mereka. Al-Qur’an menandaskan tuturan Harun sebagai jawaban dari protes keras Nabi Musa As atas sikapnya yang berdiam diri tidak mencegah penyembahan sapi Bani Israil, “Harun menjawab, “Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku), “Kamu telah memecah antara Bani Isra’il dan kamu tidak memelihara amanahku.” (Qs. Thaha [20]:94)

Ihwal Nabi Ibrahim, al-Qur’an memberitakan bahwa Nabi Ibrahim menjauhkan diri dari penyembah berhala, “Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka” (Qs. Maryam [19]:49) Demikian juga terkait dengan tindakan para pemuda Ashabul Kahf yang menarik diri dari kaum zalim, “(Kami berkata kepada mereka), “Apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan rahmat-Nya kepadamu dan menghamparkan ketenangan bagimu dalam urusan kamu ini.” (Qs. Al-Kahf [18]:16) Apakah benar kita memandang mereka dalam proses toleransi dan menahan diri ini atau takut atau pengkhianat? Padahal dalam kondisi seperti ini jalan toleransi dan menahan diri merupakan jalan terbaik.

Apabila Imam Ali As memberikan baiat kepada sebagian orang karena kemaslahatan seperti menjaga agama Tuhan dan hasil kerja keras Rasulullah Saw hal ini tidak bermakna bahwa beliau takut dari kekuatan dan kekuasaan mereka atau lebih kurang kekuasaan dan kekuatannya dalam masalah kepemimpinan umat Islam dimana apabila kepemimpinan diserahkan kepadanya maka pada masa-masa tersebut kekuasaan kepemimpinannya dapat dibuktikan.

Baginda Ali As menjelaskan mengapa dirinya tidak angkat senjata. Hal itu disebabkan karena beliau sendiri, sebagaimana yang dijelaskan, “Saya melihat dan mendapatkan bahwa tidak ada pendukung bagi aku kecuali keluarga saya; maka aku hindarkan mereka dari terjerumus ke dalam kematian. Aku terus menutup mata saya walaupun kelilipan. Aku minum walaupun kerongkongan terteguk. Aku bersabar walaupun susah bernapas dan walaupun harus menelan jadam sebagai makanan.”[8]

Pada kesempatan lain, Baginda Ali menjelaskan alasannya mengapa tidak angkat senjata sedemikian, “Apabila aku katakan maka mereka akan menyebut aku serakah akan kekuasaan, tetapi apabila aku berdiam diri mereka akan mengatakan bahwa aku takut mati. Sungguh sayang, setelah segala pasang surut (yang saya alami)! Demi Allah, putra Abu Thalib lebih akrab dengan kematian daripada seorang bayi dengan dada ibunya. “[9]

Kesimpulannya bahwa alasan mengapa Baginda Ali As memberikan baiat kepada para khalifah hal itu bukan lantaran takut (karena semua orang, kawan dan lawan tahu tentang keberaniaan tiada tara yang dimiliki Baginda Ali As) melainkan kurangnya pendukung di jalan kebenaran dan juga didorong oleh kemaslahatan untuk menjaga kesatuan, keutuhan dan kemaslahatan Islam. Sebuah tindakan yang dilakukan oleh setiap pemimpin sejati bahkan Rasulullah Saw sendiri, dimana lantaran kurangnya pendukung dan untuk menjaga pendukung yang sedikit itu dan menjaga kemaslahatan Islam, terpaksa menarik diri dari kaumnya dan berhijrah ke Madinah hingga beliau mendapatkan banyak pengikut yang berujung pada peristiwa Fathu Makkah. Atau pada masa lainnya, Rasulullah Saw terpaksa memilih berdamai dengan orang-orang Musyrik. Apakah tindakan seperti ini dapat disebut sebagai tindakan pengecut bahwa apabila Rasulullah Saw memandang dirinya sebagai Rasululullah lantas mengapa berdamai dengan orang-orang musyrik? Dimana apabila beliau tidak memiliki kekuataan yang dapat menandingi lantas ia tidak memiliki kelayakan untuk menjabat sebagai seorang nabi dan pemimpin?!

Karena itu, Baginda Ali As, meski beliau adalah khalifah Rasulullah Saw, lebih memilih bersabar dan menahan diri. Hal itu didorong oleh keinginan yang luhur untuk menjaga kemaslahatan masyarakat Islam. Karena beliau dengan baik memahami bahwa bukan tempatnya untuk angkat senjata, menghunus pedang dan memamerkan keberanian dan adu otot di jalan Allah. Akan tetapi kondisi masyarakat Islam pasca wafatnya Rasulullah menuntut kesabaran lebih tinggi nilainya ketimbang keberanian. Beliau mengetahui bahwa dalam kondisi seperti ini bahwa menghunus pedang akan lebih banyak dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk melenyapkan dan mencerabut Islam hingga ke akar-akarnya. Karena itu, kemaslahatan pribadi dikorbankan untuk kemaslahatan yang lebih penting yaitu asas Islam.


Catatan Kaki:

[1]. Kanz al-‘Ummâl, 5/652.

[2]. Suyuthi, Târikh al-Khulâfah, hal. 62, Dar al-Fikr, Libanon. Târikh Ya’qubi, 124/125-2. Thabari, Târikh al-Umam wa al-Muluk, jil. 2, hal. 443, Istiqamat, Kairo. Musnad Ahmad, jil. 3, hal. 165, Dar al-Shadir.

[3]. Ibid.

[4]. Ma’âlim al-Madrasatain, Allamah ‘Askari, jil. 1, hal. 162.

[5]. Thabari, Târikh al-Umam wa al-Muluk, 2/448, Istiqamat, Kairo.

[6]. Ansab al-Asyrâf, 1/587.

[7]. Nahj al-Balâgha, Khutbah 3, hal. 45.

[8]. Nahj al-Balâgha, Khutbah 36, hal. 73.

[9]. Nahj al-Balâgha, Khutbah 5, hal. 51

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons